
Kapolresta Cirebon Kombes Pol Sumarni saat memberikan keterangan pers/Fajarcirebon.com
RIAU1.COM - Seorang anak tega membunuh ayah kandung di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Mirisnya, motif pembunuhan tersebut hanya dipicu persoalan uang Rp50.000.
Kapolresta Cirebon Kombes Pol Sumarni mengungkapkan, identitas pelaku berinisial NR (28) warga Kecamatan Losari. Lokasi kejadian di sebuah bengkel tambal ban di Jalan Raya Pantura, Kecamatan Gebang, tempat korban biasa beristirahat dan tinggal sementara.
“Pelaku datang dini hari dalam kondisi emosi, membangunkan korban yang sedang tidur dan meminta uang Rp50.000. Setelah ditolak, pelaku langsung memukul kepala korban menggunakan palu besi hingga tewas di tempat,” ujar Kombes Sumarni saat konferensi pers di Polresta Cirebon, Rabu (14/5/2025) yang dimuat iNews.id
Hasil olah TKP menunjukkan korban mengalami luka parah di bagian kepala akibat pukulan benda tumpul. Sementara pelaku, yang sempat melarikan diri, akhirnya diamankan kurang dari 48 jam usai kejadian berkat penyelidikan intensif tim Reskrim Polresta Cirebon.
Kepada polisi, pelaku NR mengaku sakit hati. Bukan hanya karena ditolak saat meminta uang, tapi karena merasa dihina oleh korban.
“Saya minta uang cuma Rp50.000, tapi malah diludahi dan dimaki. Emosi saya meledak,” kata NR.
Dalam kasus ini, Polresta Cirebon mengamankan beberapa barang bukti, di antaranya sebuah palu besi, pakaian korban serta kemeja pelaku yang masih berlumur darah. Dari bukti-bukti tersebut, NR dinyatakan memenuhi unsur pidana berat.
“Pelaku dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. Ancaman pidana penjara seumur hidup atau pidana mati,” kata Kombes Sumarni.
Kapolresta Cirebon menegaskan, kasus anak bunuh ayah kandung ini menjadi peringatan serius bagi masyarakat tentang pentingnya komunikasi dan manajemen emosi dalam keluarga. Dia juga mengimbau masyarakat tidak segan mengakses bantuan, baik dari lembaga sosial maupun aparat saat menghadapi tekanan dalam rumah tangga.
“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk lebih terbuka dan tanggap dalam menyelesaikan konflik keluarga. Jangan sampai perbedaan kecil berujung pada tragedi yang tidak hanya menghancurkan satu nyawa, tapi juga kehidupan seluruh keluarga,” ucapnya.*