
Paus Leo XIV
RIAU1.COM - Paus Leo XIV mengawali masa kepemimpinannya dengan seruan kuat mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (AI) terhadap umat manusia.
Dalam pidato pertamanya di hadapan Dewan Kardinal, Leo XIV mengidentifikasi AI sebagai salah satu tantangan paling kritis yang dihadapi dunia saat ini, menandai arah kepausannya yang menggabungkan kelanjutan visi Paus Fransiskus dengan fokus baru terhadap isu-isu kontemporer.
“Pada zaman kita sendiri, gereja menawarkan kepada setiap orang perbendaharaan ajaran sosialnya sebagai respons terhadap revolusi industri lainnya dan terhadap perkembangan di bidang kecerdasan buatan yang menimbulkan tantangan baru bagi pembelaan martabat manusia, keadilan, dan tenaga kerja,” kata Paus Leo XIV dalam pidato di Aula Sinode Baru Vatikan, seperti dimuat Reuters yang dilansir Rmol id, Ahad, 11 Mei 2025.
Paus yang baru terpilih pekan lalu ini juga menjelaskan alasan pemilihan namanya, yang merujuk pada Paus Leo XIII tokoh penting dalam pemikiran sosial Katolik melalui ensiklik Rerum Novarum pada tahun 1891.
Dengan merujuk pada tantangan revolusi industri masa lalu, Leo XIV menekankan bahwa AI kini menghadirkan tantangan sosial serupa namun dalam bentuk baru.
Dalam langkah simbolis yang mencerminkan akar spiritualnya, Paus Leo XIV melakukan kunjungan pertama sebagai paus ke tempat perlindungan Madonna di Genazzano, selatan Roma, lokasi yang sangat penting bagi ordo Agustinian, tempat asal spiritualitasnya.
Setelah berdoa di gereja, ia menyapa warga dan menyampaikan bahwa mereka memiliki anugerah sekaligus tanggung jawab atas kehadiran Bunda Maria di tengah mereka.
Kembali ke Vatikan, Leo juga sempat berhenti berdoa di makam Paus Fransiskus di Basilika Santa Maria Maggiore, sebagai penghormatan kepada pendahulunya yang sangat dikaguminya.
Dalam pidato formalnya, Leo berkomitmen melanjutkan reformasi Konsili Vatikan Kedua dan menegaskan niat untuk meneruskan visi Paus Fransiskus mengenai gereja yang inklusif dan berpihak pada mereka yang paling kecil dan terbuang.
Paus Fransiskus sendiri di masa akhir kepausannya telah memperingatkan tentang risiko AI yang bisa mereduksi hubungan manusia menjadi sekadar algoritma, dan menyerukan adanya perjanjian internasional guna memastikan AI tetap berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan pernyataan ini, Paus Leo XIV tampaknya hendak memposisikan Gereja Katolik sebagai suara moral yang aktif dalam diskursus global mengenai etika teknologi.
Kepemimpinannya yang baru menunjukkan niat untuk tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menanggapi persoalan-persoalan besar zaman modern dengan keberanian dan keprihatinan pastoral.*